Hari ke-8 Ramadhan...
Kunjungan ke keluarga binaan rencana untuk melakukan pengkajian dan rencana supervisi besok hari dengan supervisor utama. Di depan pintu, tampak sang kepala keluarga sedang membongkar "hasil pencarian"nya hari ini yang bisa dijual malam nanti. "Assalamu'alaikum... Dapat apa hari ini, Pak?" sapaku. "Wa'alaikumsalam... Wah ga dapat apa-apa, Neng. Mangga muda mau?" Entah kenapa tawaran mangga muda itu bisa membuat hati terenyuh. Muncul pikiran di otakku bahwa ga semua orang mau membeli mangga muda apalagi bulan ramadhan. Abis puasa makan mangga muda bisa kena maag alias gastritis. Wah.... berapa uang yang harus disetorkan ke ibu untuk bisa dikelola ya? Biaya sekolah menjadi no. 2, yang penting anak-anak makan dulu. Tunggakan SPP menjadi hal yang biasa. Teringat sang ibu yang dengan bercanda mengatakan, "Capek, jadi orang miskin". Walau seperti itu, aku yakin si ibu pasti sangat tegar mengurus keluarganya.
Perjalanan pulang, muncul banyak bahan perenungan. Entah kenapa hati terasa sedih sekali. Ga terasa air mata ini menetes saat merenung di perjalaanan pulang. Sadar bila muncul perasaan simpati kepada keluarga sebagai klien. Padahal sebagai seorang perawat, dituntut untuk bersikap empati kepada kliennya bukan simpati. Ga boleh perawat ikut nangis bila kliennya menangis? Tapi bila klien tidak menangis tapi perawatnya menangis gimana donk? he..he..
Any suggestion for me?
"Perawat juga Manusia", SETUJU. Manusia tempatnya kekurangan. Dari keluarnya air mata, Insya Allah bisa selalu belajar untuk bersyukur atas rizki Allah. Ada pelajaran hidup untuk melangkah kedepan. Tersenyumlah...
BalasHapusItu artinya you'r such a nice person. Dah jarang ada yg bisa "menangisi" kemalangan org lain. Yg byk skrg ini malah org2 yg tak tersentuh hatinya walopun ada org menangis di depan matanya.
BalasHapus